Perancangan Kontrol



Ketika anda membaca judul ebook ini, saya yakin anda pasti bertanya-tanya, “Kontrol apa sih yang akan dirancang? Kontrol auto atau manual? Susah gak sih?”, dan mungkin masih banyak lagi pertanyaan anda mengenai judul ebook ini. Sebelum anda bertanya-tanya lebih jauh, saya akan mengenalkan kepada anda sebuah definisi dari Peralatan Kontrol Sistem.

”Peralatan Kontrol Sistem merupakan peralatan kontrol yang mampu menggerakkan/menjalankan suatu sistem sesuai yang diinginkan.”

Jadi yang akan kita rancang adalah kontrol terhadap suatu sistem. Pertanyaan lebih lanjut adalah, sistem apa yang akan dikontrol?. Baik, kita langsung saja.

Gambar 1 merupakan diagram garis tunggal dari sebuah sistem penyulang motor dengan spesifikasi umum 3 phasa, daya 15 kW dan Cos j = 0,8.

“Tunggu dulu, angka-angka tersebut dari mana didapatnya?” Spesifikasi tersebut biasanya tertera pada name plate motor. Motor disimbolkan dengan huruf ”M”, ”RST” merupakan simbolisasi dari 3 phasa, phasa R, phasa S dan phasa T. Sedangkan simbol yang lain adalah untuk, fuse / sekring, pengaman, kontaktor dan thermal overload (TOL).

”Kalau begitu apanya yang dirancang? Gambar sudah ada, fuse/sekring, pengaman, kontaktor, TOL dan motor sudah dirangkai?”. Yang belum ada adalah berapa nilai dari fuse / sekring, pengaman , kontaktor dan TOL yang harus dipasang pada sistem.




 



 



 


 

Gambar 1.

Sebelum kita menetukan nilai dari fuse / sekring, pengaman, kontaktor dan TOL, ada baiknya kita melihat fungsi dan karakteristik dari peralatan tersebut.

”Tapi, mengapa kita membutuhkan fuse/sekring, pengaman, kontaktor dan TOL, hanya untuk menghidupkan sebuah motor?”.  Dalam perancangan kontrol, harus juga diperkirakan gangguan yang akan timbul dan bagaimana mengamankan peralatan (dalam hal ini motor) agar tidak rusak jika terjadi gangguan.

”Jelas kalau begitu, tetapi gangguan apa saja sih yang akan timbul?”. Arus hubung singkat dan beban lebih merupakan gangguan yang akan timbul. Kemungkinan terhubungnya phasa dengan phasa, phasa dengan netral dan phasa dengan tanah adalah cukup besar, yang dapat mengakibatkan terjadinya arus hubung singkat. Gambar 2 menunjukkan sebuah gelombang arus hubung singkat.




Gambar 2.


Fuse/Sekring

”Mengapa untuk mengamankan peralatan dari arus hubung singkat selalu digunakan fuse/sekring?”. Hal ini dapat dijelaskan dengan memperhatikan karakteristik Cut Off  dari fuse yang ditunjukkan pada gambar 3. Cut Off merupakan titik lebur elemen sekring, sebelum arus naik sampai arus prospektif. Pre Arcing Time merupakan waktu antara naiknya arus sampai arus Cut Off. Arcing Time merupakan waktu antara naiknya arus sampai Cut Off hingga menjadi nol.


Gambar 3.

Dengan memperhatikan karakteristik Cut Off dan karakteristik sekring pada gambar 4, terjawab sudah, respon sekring dalam memutuskan arus sangatlah cepat.



Gambar 4.


Pengaman

Jenis pengaman terbagi menjadi tiga, yakni pengaman jenis mini (MCB – Mini Circuit Breaker), pengaman jenis compact (MCCB – Moulded Case cCirciut Breaker) dan pengaman pentanahan (ELCB – Earth Leakage Circuit Breaker). Pengaman relay thermis dan relay electromagnetic termasuk dalam pengaman jenis mini (MCB).

Berdasarkan waktu pemutusannya MCB terbagi dalam tiga tipe, L, H dan G. Dimana tipe L dipergunakan untuk pengaman jala-jala penerangan rumah, tipe H dipergunakan untuk pengaman instalasi rumah dan tipe G dipergunakan untuk pengaman motor-motor listrik.

“Apa perbedaan antara sekring dan MCB, bukankah keduanya memiliki fungsi yang sama?”. Keduanya memang memiliki fungsi yang sama, yaitu sama-sama mengamankan motor dari arus hubung singkat. Namun apabila kita bandingkan karateristik sekring dan MCB, terlihat bahwa MCB memiliki kepekaan yang lebih rendah dari sekring, seperti yang ditunjukkan oleh gambar 5.  


Gambar 5.


Dalam memilih pengaman MCB, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

·  Tegangan pengenal dari pengaman harus lebih besar atau sama dengan tegangan fasa ke fasa dari sistem.
·  Frekuensi pengenal dari pengaman harus sesuai dengan frekuensi sistem.
·  Arus pengenal dari pengaman harus lebih besar dari arus yang dilalukan oleh kabel dan harus lebih kecil dari arus yang diizinkan pada kabel.
·  Kapaisitas pemutusan dari pengaman harus paling sedikit sama dengan arus prospektif pada titik dimana pengaman tersebut dipasang.
· Jumlah kutub dari pemutus tenaga tergantung dari sistem pentanahan (arde)


Selain hal di atas, MCB juga memiliki rating terhadap pole, tegangan dan arus. Rating MCB 1 pole digunakan untuk sistem 1 phasa, 2 pole digunakan untuk sistem 2 phasa dan 3 pole digunakan untuk sistem 3 phasa. Sedangkan rating tegangan MCB dimulai dari 300 Volt hingga 500 Volt. Untuk arus, rating MCB dimulai dari 1 A, 2 A, 4 A, 6 A, 10 A, 15 A, 20 A, 25 A, 32 A, 40 A, 50 A dan 63 A. Untuk MCCB rating arusnya hingga 4000A.



Kontaktor

Sama halnya dengan sekring dan MCB, penentuan kontaktor pun harus memperhatikan rating tegangan dan rating arus, yang dapat diuraikan sebagai berikut:

Rating tegangan operasi (Ve/Vn):
Nilai dari tegangan dimana kontaktor mampu beroperasi sesuai arus nominalnya. Tegangan ini tidak boleh lebih besar dari rating tegangan.

Rating tegangan isolasi:
Tegangan pada saat pengujian kontaktor untuk pengujian tingkat dielektiknya.

Rating thermal current (Ith):
Adalah nilai arus pada saat pengukian sesuai standar IEC.

Rating arus operasi (Ie/In):
Nilai arus sehingga kontaktor mampu beroperasi normal sesuai dengan tegangan operasinya dan katagori penggunaannya. Arus maksimum operasi berhubungan erat dengan panas yang timbul dan panasnya tidak akan melebihi panas yang diijinkan.

Umur kontak (electrical life):
Kemampuan berapa kali kontak bekerja pada penuh tanpa harus direparasi atau diganti.


Selain hal tersebut di atas ada lagi hal lain yang perlu diperhatikan dalam penentuan kontaktor, yaitu kategori penggunaan kontaktor yang tunjukkan oleh tabel 1.


Kategori Penggunaan
Perkalian Arus Beban Penuh
Operasi Normal
Menutup
Membuka
AC1 untuk beban non induktif atau resistif, atau peralatan yang memiliki cos j = 0,95.
Contoh: Pemanas

1
1
AC2 untuk starting dan inching motor slip ring

2,5
2,5
AC3 untuk starting dan off selama operasi motor rotor sangkar, selama kondisi normal. Contoh: lift, konveyor, eskalator, compressor, pompa, kipas angin, mills, mixer, AC

6
1
AC4 untuk starting, plugging, reversing dan inching motor rotor sangkar.

6
6

Tabel 1


”Wah, semakin lama bahasannya semakin serius kayaknya..., Apakah tidak bisa lebih santai?”. Pada perancangan, terlebih dahulu kita harus mengenal karakteristik dari berbagai peralatan yang akan digunakan, pokoknya hal itu adalah wajib diketahui!.

”Iya..., tapi kapan kita akan menentukan nilai dari sekring, pengaman, kontaktor dan TOL yang akan dipasang?”. Sebenarnya itu adalah bagian yang paling mudah, bahkan beberapa merk pembuat fuse, pengaman, kontaktor dan TOL sudah membuatkan tabel nilainya. Namun sebelum sampai kepada penentuan nilainya, saya akan mengajak anda untuk menengok sekilas hal-hal yang perlu mendapat perhatian dari motor 3 phasa.

Dari sistem hubungannya ke sumber tegangan, motor 3 phasa dapat dihubungkan secara bintang maupun delta. Secara sistem tegangan yang perlu digaris bawahi adalah jika lilitannya hanya mampu diberi tegangan 220 VAC, maka motor tersebut hanya dapat dihubungkan secara bintang dengan sumber 380 VAC. Sedangkan jika lilitan perkutubnya hanya mampu menahan tegangan 380 VAC maka motor tersebut bekerja normal jika dihubungkan delta pada sumber tegangan 380 VAC. Motor tersebut dapat juga dihubungkan dengan hubungan bintang.

Selain dari sistem hubung dan sistem tegangannya, perlu juga dilihat jumlah kutub/pole, arus nominal dan dayanya. Jumlah kutub biasanya menentukan putaran dari motor yang dirumuskan dengan N=120 f/p, dimana f merupakan frekuensi dan p adalah pole/kutub. Jika motor bekerja dengan normal, maka arus yang akan mengalir merupkan arus nominal (In), sedangkan daya adalah daya yang diserap motor.

Akhirnya selesai sudah semua. Saya akan mengajak anda menentukan nilai-nilai dari pengaman tersebut. Tahap pertama yang harus dicari adalah arus nominal dari motor, yang dapat dicari dengan persamaan:



Jika tegangan 380 VC, Daya motor 15kW dan Cos j = 0,8, maka didapat In = 28,5 A. Sehingga penentuan nilai dari fuse/sekring, pengaman, kontaktor dan TOL dapat dilakukan berdasarkan In, seperti yang ditunjukkan pada gambar 6.


Gambar 6